IKASSI.NET,-AMBON– Ketua Umum Ikatan Keluarga Siri Sori Islam (IKASSI) Ambon, Prof. Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag, dikukuhkan sebagai Guru Besar melalui Sidang Senat Terbuka Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon.
Prof. Hasbollah dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Fiqih Siyasah. Pengukuhan berlangsung di Auditorium Kampus IAIN Ambon, Sabtu (14/6/2025).
Pada kesempatan itu, Prof. Hasbollah Toisuta juga menyampaikan Orasi Ilmiah atau Pidato Guru Besar. Ia memaparkan mengenai risetnya terkait “Gerakan Salafi di Maluku dalam Dinamika Sejarah Kontemporer (Perspektif Fiqh Siyasah).”
Dalam paparannya, Prof. Hasbollah mengatakan salah satu ajaran penting Salafi adalah bid’ah yang menolak berbagai hal yang dipandang tidak punya rujukan ajaran (al-Quran dan al-Hadits). Ajaran bid’ah dalam konteks itu menjadi ajaran yang mempersoalkan khazanah kearifan lokal di Maluku. Seperti pela, gandong, wari-wa, wal-ya, Aini ain, Kaiwait, kalwedo, dan seterusnya.
Prof Hasbollah juga memaparkan tentang Basis Teologis Salafi; Diskursus Gerakan Salafi; Salafisme di Indonesia; Gerakan Salafi di Maluku, mulai dari perspektif historis, hingga perspektif politik. Ia juga memaparkan tentang gerakan Salafi pasca konflik Maluku, mulai dari aktifitas kelompok Salafi meliputi bidang dakwah, pendidikan dan sosial, serta bidang ekonomi. Kemudian tentang dinamika internal komunitas Salafi dan respon masyarakat yang meliputi dinamika internal, hingga respon masyarakat terhadap gerakan Salafi.

Gerakan Salafi, kata Hasbollah, adalah sebuah gerakan Islam kontemporer di Maluku yang berkembang dengan sangat masif dibandingkan gerakan Islam lainnya. Gerakan Salafi menyebar hampir di seluruh wilayah Maluku, kecuali daerah Maluku Barat Daya (MBD).
Kehadiran gerakan Salafi di Maluku dengan pengkembangannya yang masif secara historis tidak terlepas dari peristiwa konflik Maluku (1999-2003), yaitu ketika Ustaz Djafar Umar Thalib mengirimkan pasukan Laskar Jihad (LJ) dengan dalih untuk membela kehormatan kaum muslimin yang menjadi korban konflik. Melalui kehadiran LJ inilah ideologi Salafi mendapatkan momentumnya berkembang di Maluku.
Dalam perspektif pemetaan ideologi pergerakan, gerakan Salafi di Maluku merupakan gerakan purifikasi – gerakan pemurnian (salafi puritis) – yang secara konsekuen ingin mengembalikan umat Islam kepada ajaran Islam yang murni sebagaimana yang dipraktekan oleh nabi dan para sahabat salaf ash-shaleh. Dengan demikian gerakan Salafi di Maluku bukan dalam kategori Salafi politik (Salafi Haraki) ataupun Salafi Jihadis. Kendati demikian karena kehadiran kelompok Salafi di Maluku tidak terlepas dari konflik Maluku sehingga mereka sering distigmatisasi sebagai kelompok “Islam radikal”.
Dengan pandangan dan sikap ideologinya yang puritis, fokus gerakan Salafi di Maluku lebih pada aspek dakwah dan pendidikan melalui penyebaran para da’i dan ustaz ke seluruh Maluku. Selain mendirikan lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren Salafiyah dari tingkat PAUD, RA, Madrasah (MI hingga Aliyah), pesantren Tahfiz Al-Quran, mereka secara ketat mengindoktrinasi peserta didik dengan faham dan ideologi Salafisme. Adapun secara politis mengenai sikap kelompok Salafi dalam hal bernegara, mereka lebih berpandangan untuk mengikuti pemerintahan yang sah. Bagi mereka mengikuti pemerintahan yang sah adalah kewajiban yang diperintahkan Islam, untuk mentaati ulil amri.
Tantangan krusialnya adalah menghadapi respons masyarakat lokal, mengingat pola gerakan Salafi yang kurang empati terhadap tradisi dan kearifan Islam lokal, maka hal ini menjadi problema yang harus diselesaikan, baik oleh kelompok Salafi sendiri ataupun oleh tokoh-tokoh masyarakat lokal. Pada konteks inilah dialog sangat dibutuhkan.
Hasbollah menyampaikan, untuk menghadapi perkembangan gerakan Salafi di Maluku, jalan moderasi beragama (kebangsaan, kebhinekaan, anti kekerasan, dan kearifan lokal) dapat dijadikan pilihan. Dalam hal ini pemerintah (Kanwil Kemenag Provinsi Maluku) dan organisasi sosial keagamaan mainstrem seperti NU dan Muhammadiyah harus membuka ruang dialog yang memungkinkan ruang eksklusif(isme) gerakan Salafi dapat dipahami, diterima, dan bertransformasi menjadi inklusif. Dalam arti, gerakan Salafi yang berkembang di Maluku diandaikan bisa akomodatif dan apresiatif terhadap khazanah kearifan lokal Maluku dalam beragama.
Sebelum menutup orasinya, Prof. Hasbollah juga menyampaikan perkembangan menarik di tubuh NU dan Muhammadiyah belakangan ini. NU sedang merumuskan Fikih Peraban dan Muhammadiyah sedang merumuskan Fikih Kebhinekaan. Secara umum kedua fikih ini memuat cara pandang NU dan Muhammadiyah tentang kemanusiaan, keberagaman, dan keadilan (dalam makna generik). Kedua konsep ini sesungguhnya sangat relefan dalam perspektif siyasah dusturiyah, dan interfaith reconciliation di Maluku.

Dalam konteks itulah, penting bagi Maluku untuk merumuskan pikiran-pikiran keagamaan yang terkait dengan tatanan beragama umat Islam di Maluku. “Saya kerap menyampaikan pemikiran tentang Islam Mazhab Ambon, yang sudah barang tentu di dalamnya akan termuat fikih. Saya berkeyakinan bahwa Maluku punya epistemologi fikih tersendiri. Fikih orang basudara,” pungkasnya.
Orasi ilmiah yang disampaikan Prof. Hasbollah Toisuta mendapatkan apresiasi dari Wakil Gubernur Maluku, Abdullah Vanath, yang hadir mewakili Gubernur dalam acara pengukuhan Guru Besar IAIN Ambon
“Kami menyampaikan selamat atas pengukuhan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Abdul Muthalib Sangadji Ambon (masih pakai nama IAIN Ambon karena secara administratif belum berubah),” kata Abdullah Vanath.
Terkait penjelasan Prof Hasbollah mengenai gerakan Salafi di Maluku, Wagub mengaku telah mendapatkan pengetahuan baru. Bahkan dirinya mengaku akan melaporkannya kepada Gubernur Maluku. “Ini penting dan saya akan laporkan ke bapak Gubernur,” ungkapnya.
Sementara itu, Rektor IAIN Ambon, Dr. Abidin Wakano, juga menyampaikan selamat atas pengukuhan tiga guru besar IAIN Ambon, salah satunya Prof. Dr. Hasbollah Toisuta. Dua guru besar lainnya dikukuhkan yaitu Prof. Dr. Ridhwan Latuapo, M.Pdi (bidang ilmu pendidikan sejarah kebudayaan Islam), dan Prof. Dr. Muhammad Rijal, M.Pd (bidang ilmu biologi).
“Alhamdulillah, kita sudah punya 12 guru besar. Saya kira ini semakin memperkuat kita sebagai Universitas, dan kita sebenarnya sudah memenuhi semua syarat, bahkan sudah melampauinya,” katanya.
Abidin berharap dengan semakin banyak guru besar, semakin banyak pula bermunculan ide-ide baru, riset-riset dan pengembangan perguruan tinggi semakin maju sebagai dapur umum pengetahuan.

Saat pengukuhan Ketum IKASSI Ambon sebagai Guru Besar IAIN, hadir para sesepuh IKASSI Ambon, seperti H. Rustam Holle, H. Ka Wattiheluw, H. Lutfi Sanaky, Afras Pattisahusiwa, termasuk Wakil Wali kota Ambon Ely Toisutta.
Turut hadir dalam pengukuhan itu para Pengurus IKASSI Ambon seperti Sekretaris Umum Giman Saimima, Wakil Ketua III Hasan Mulud, Ketua-ketua bidang hingga ketua-ketua Rayon IKASSI Ambon.●
Discussion about this post